Pages

Subscribe:

Sabtu, 24 September 2011

SENI BUDAYA

selengkapnya teater dalam bentuk pdf sama seperti pembahasan dibawah tetapi lebih lengkap dengan adanya gambar download

[ di bawah adalah contoh pembahasan tentang teater ]

PENGETAHUAN TEATER

1. Definisi Teater
Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris,Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnyaketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda,dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat dikatakansebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lainsebagainya. Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukanstrata sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual.Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memilikiunsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Berdasarkan paparan diatas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi
batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut:“tidak ada teater tanpa aktor, baikberwujud riil manusia maupun boneka,terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton,serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993).Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di ataspentas dan disaksikan oleh penonton.
Namun, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasaldari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan“drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupankelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yangmenggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan
mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak eraMesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM).Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat
seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan dramalebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra(Bakdi Soemanto, 2001).Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah “teater”berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitandengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teateradalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas
panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan“teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salahsatu unsur dari “teater”. Jika digambarkan maka peta kedudukan teater
dan drama adalah sebagai berikut.

Dengan kata lain, secara khusus teater mengacu kepada aktivitasmelakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act) sehingga tindaktandukpemain di atas pentas disebut acting. Istilah acting diambil darikata Yunani “dran” yang berarti, berbuat, berlaku, atau beraksi. Karenaaktivitas beraksi ini maka para pemain pria dalam teater disebut actor danpemain wanita disebut actress (Harymawan, 1993).Meskipun istilah teater sekaranglebih umum digunakan tetapisebelum itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di
atas panggung disebut sebagai pentas drama. Hal ini menandakandigunakannya naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya sastradrama dalam pertujukan teater. Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum
muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau tonil (dari bahasaBelanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh SriPaduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal daribahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yangberarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti“pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).
Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara,sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada ZamanJepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih
sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenalsetelah Zaman Kemerdekaan (Kasim Achmad, 2006).Keterikatan antara teater dan drama sangat kuat. Teater tidakmungkin dipentaskan tanpa lakon (drama). Oleh karena itu puladramaturgi menjadi bagian penting dari seni teater. Dramaturgi berasaldari bahasa Inggris dramaturgy yang berarti seni atau tekhnik penulisandrama dan penyajiannya dalam bentuk teater. Berdasar pengertian ini,maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai daripenulisan naskah hingga pementasannya. Harymawan (1993)menyebutkan tahapan dasar untuk mempelajari dramaturgi yang disebutdengan formula dramaturgi. Formula ini disebut dengan fromula 4 M yangterdiri dari, menghayalkan, menuliskan, memainkan, dan menyaksikan.M1 atau menghayal, dapat dilakukan oleh seseorang atausekelompok orang karena menemukan sesuatu gagasan yangmerangsang daya cipta. Gagasan itu timbul karena perhatian ditujukanpada suatu persitiwa baik yang disaksikan, didengar maupun dibaca dari
literatur tertentu. Bisa juga gagasan itu timbul karena perhatian ditujukanpada kehidupan seseorang. Gagasan atau daya cipta tersebut kemudiandiwujudkan ke dalam besaran cerita yang pada akhirnya berkembang
menjadi sebuah lakon untuk dipentaskan.M2 atau menulis, adalah proses seleksi atau pemilihan situasi
yang harus dihidupkan begi keseluruhan lakon oleh pengarang. Dalam
sebuah lakon, situasi merupakan kunci aksi. Setelah menemukan kunciaksi ini, pengarang mulai mengatur dan menyusun kembali situasi danperistiwa menjadi pola lakon tertentu. Di sini seorang pengarang memiliki
kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati paratokoh untuk diciptakan, dan semua unsur pembentuk lakon untukdikomunikasikan.M3 atau memainkan, merupakan proses para aktor memainkan
kisah lakon di atas pentas. Tugas aktor dalam hal ini adalahmengkomunikasikan ide serta gagasan pengarang secara hidup kepadapenonton. Proses ini melibatkan banyak orang yaitu, sutradara sebagaipenafsir pertama ide dan gagasan pengarang, aktor sebagaikomunitakor, penata artsitik sebagai orang yang mewujudkan ide dangagasan secara visual serta penonton sebagai komunikan.M4 atau menyaksikan, merupakan proses penerimaan danpenyerapan informasi atau pesan yang disajikan oleh para pemain di ataspentas oleh para penonton. Pementasan teater dapat dikatakan berhasiljika pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik olehpenonton. Penonton pergi menyaksikan pertunjukan dengan maksudpertama untukmemperoleh kepuasan atas kebutuhan dan keinginannyaterhadap tontonan tersebut.Formula dramaturgi seperti disebutkan di atas merupakan tahapmendasar yang harus dipahami dan dilakukan oleh para pelaku teater.Jika salah satu tahap dan unsur yang ada dalam setiap tahapandiabaikan, maka pertunjukan yang digelar bisa dipastikan kurangsempurna. Oleh karena itu, pemahaman dasar formula dramaturgi dapatdijadikan acuan proses penciptaan karya seni teater.
4
2. Sejarah Singkat Teater
2.1 Teater Barat
2.1.1 Asal Mula Teater

Waktu dan tempat pertunjukan teater yang pertama kali dimulaitidak diketahui. Adapun yang dapat diketahui hanyalah teori tentang asalmulanya. Di antaranya teori tentang asal mula teater adalah sebagaiberikut.

�� Berasal dari upacara agama primitif. Unsur cerita ditambahkan
pada upacara semacam itu yang akhirnya berkembang menjadi
pertunjukan teater. Meskipun upacara agama telah lama
ditinggalkan, tapi teater ini hidup terus hingga sekarang.

�� Berasal dari nyanyian untuk menghormati seorang pahlawan di
kuburannya. Dalam acara ini seseorang mengisahkan riwayat
hidup sang pahlawan yang lama kelamaan diperagakan dalam
bentuk teater.
�� Berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita. Cerita itu
kemudian juga dibuat dalam bentuk teater (kisah perburuan,
kepahlawanan, perang, dan lain sebagainya).
Rendra dalam Seni Drama Untuk Remaja (1993), menyebutkan
bahwa naskah teater tertua di dunia yang pernah ditemukan ditulis
seorang pendeta Mesir, I Kher-nefert, di zaman peradaban Mesir Kuno
kira-kira 2000 tahun sebelum tarikh Masehi. Pada zaman itu peradaban
Mesir Kuno sudah maju. Mereka sudah bisa membuat piramida, sudah
mengerti irigasi, sudah bisa membuat kalender, sudah mengenal ilmu
bedah, dan juga sudah mengenal tulis menulis.

I Kher-nefert menulis naskah tersebut untuk sebuah pertunjukan teaterritual di kota Abydos, sehingga terkenal sebagai Naskah Abydos yangmenceritakan pertarungan antara dewa buruk dan dewa baik. Jalan ceritanaskah Abydos juga diketemukan tergambar dalam relief kuburan yanglebih tua. Para ahli bisa memperkirakan bahwa jalan cerita itu sudah adadan dimainkan orang sejak tahun 5000 SM. Meskipun baru munculsebagai naskah tertulis di tahun 2000 SM. Dari hasil penelitian yangdilakukan diketahui juga bahwa pertunjukan teater Abydos terdapatunsur-unsur teater yang meliputi pemain, jalan cerita, naskah dialog,topeng, tata busana, musik, nyanyian, tarian, selain itu juga propertipemain seperti tombak, kapak, tameng, dan sejenisnya.


0 comments:

Posting Komentar